KATA PENGANTAR O m S wastyastu Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa berkat rahmat dan karunia-Nya, kami dapat menyeles...
KATA PENGANTAR
Om Swastyastu
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa berkat rahmat dan karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah Agama hindu mengenai KETUHANAN AGAMA HINDU ini.
Tujuan pembuatan makalah ini agar pembaca mengetahui bagaimana konsep –konsep dasar agama hindu dalam hal ini yang nenyangkut mengenai Ketuhanan yang memiliki ruang lingkup dan kaidah- kaidah yang cakupan-nya bersifat Universal maupun khusus dalam hal ini mengenai agama hindu itu sendiri , selain itu penulis kumpulan makalah ini juga untuk memenuhi tugas agama hindu yang diberikan oleh dosen agama hindu.
Penulisan makalah ini tidak terlepas dari bantuan banyak pihak dan sumber-sumber yang kami dapatakan dari berbagai pustaka baik itu dari buku penunjang maupun media internet. Untuk itu kami ucapkan terima kasih kepada Drs. Ida Bagus Sutresna .M.pd selaku Dosen Mata kuliah AGAMA HINDU yang telah membimbing kami dalam pembuatan kumpulan makalah-makalah ini dan rekan-rekan lainnya yang sudah berkenan membantu kami untuk merampungkan kumpulan makalah ini.
Dalam pembuatan kumpulan makalah ini pastinya tidak terlepas dari kekurangan dan kelemahan. Untuk itu kritik dan saran yang membangun kami harapkan ke pada pembaca.
Om Santi, Santi, Santi, Om
Singaraja, Oktober 2013
Penulis
DAFTAR ISI
Kata pengantar................................................................................................. i
Daftar isi........................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang........................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah................................................................................... 1
1.3 Tujuan .................................................................................................... 1
1.4 Metode………………………………………………………………………1
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Ruang lingkup Sang Hyang Widhi.......................................................... 2
2.2 Sradha..................................................................................................... 2
2.3 Pengertian CATUR MARGA dan Pembagain-nya.................................. 2
2.4 Fungsi dan Tujuan dari PURA................................................................ 2
BAB IV PENUTUP
1. Kesimpulan.................................................................................................. 6
2. Pesan............................................................................................................ 6
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sang Hyang Widhi yang maha kuasa sebagai pencipta, pemelihara, dan pemralina segala yang terdapat di alam semesta yang tentunya menyangkut semua komponen-komponen kehidupan beserta isinya. Sang Hyang Widhi adalah Esa. Untuk memahami Tuhan, maka tidak ada jalan lain kecuali mendalami ajaran agama, memohon penjelasan para guru yang ahli di bidangnya yang mampu merealisasikan ajaran ketuhanan dalam kehidupan pribadinya. Sedangkan kitab suci Veda dan temasuk kitab-kitab Vedanta (Upanisad) adalah sumber yang paling diakui otoritasnya dalam menjelaskan tentang Brahman (Tuhan Yang Maha Esa).
Tuhan Yang Maha Esa tidak berwujud walaupun berbagai wujud digambarkan untuk beliau itu semata-mata diperuntukan bagi anak-anak yang belum mampu berpikir secara filosofis. Dapat juga dikatakan bahwa Sang Hyang Widhi disebut banyak nama karena sesuai dengan fungsi beliau , misalnya pada saat beliau menciptakan alam semesta beserta isinya beliau disebut “BRAHMA” , pada saat memelihara isinya beliau disebut “WISNU”, kalau sudah hidup subur semua mahluk dan tumbuh-tumbuhan dan tidak ada yang mati lama-lama dunia ini akan menjadi sesak , kemudian pralaya atau kiamatlah alam semesta ini. Untuk lestarinya alam semesta maka Sang Hyang Widhi berfungsi sebagai Dewa Pemralina yang disebut “SIWA”.Jadi untuk mendekatkan diri kepada Tuhan bagi anak-anak melalui penghayatan yang kongkrit untuk memusatkan pikiran.
1.2 Rumusan Masalah
Ø Apa saja manifestasi Tuhan Yang Maha Esa ?
Ø Apa saja yang termasuk ruang lingkup sradha ?
Ø Apa yang di maksud dengan catur marga ?
Ø Apa fungsi dan tujuan pura ?
1.3 Tujuan
Ø Untuk dapat mengetahui apa saja manifestasi Tuhan Yang Maha Esa
Ø Untuk dapat mengetahui apa saja yang termasuk ruang lingkup sradha
Ø Untuk dapat mengetahui apa yang di maksud dengan catur marga
Ø Untuk dapat mengetahui fungsi dan tujuan dari pura
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Ruang lingkup Sang Hyang Widhi ( KETUHANAN)
Sang Hyang Widhi yang maha kuasa sebagai pencipta, pemelihara, dan pemralina segala yang terdapat di alam semesta yang tentunya menyangkut semua komponen-komponen kehidupan beserta isinya. Sang hyang widhi adalah esa. Dalam konsep chandogya upanisad VI.2.1 DISEBUTKAN : “ EKAM EVA ADWITYAM BRAHMAN “ yang artinya : “ Hanya satu ( Ekam Eva ) tidak ada duanya ( Adwityam ) hyang widhi ( Brahman ) itu “.
Dalam lontar sutasoma disebut juga bahwa :” Bhineka Tunggal Ika ,tan hana Dharma mangrwa “. Artinya “Hanya satu ( ekam ) Sang Hyang Widhi (sat : hakeket ) hanya orang yang bijaksana (viprah ) menyebutkan (wadanti ) dengan banyak nama (bahuda). Tuhan disebut dengan banyak nama karena sifatnya Yang Maha Mulia, Maha Kuasa , Maha Pengasih , dan tiada terbatas sedangkan kekuatan manusia untuk menggambarkan Sang Hyang Widhi sangat terbatas adanya.
Dapat juga dikatakan bahwa Sang Hyang Widhi disebut banyak nama karena sesuai dengan fungsi beliau , misalnya pada saat beliau menciptakan alam semesta beserta isinya beliau disebut “BRAHMA” , pada saat memelihara isinya beliau disebut “WISNU”, kalau sudah hidup subur semua mahluk dan tumbuh-tumbuhan dan tida ada yang mati lama-lama dunia ini akan menjadi sesak , kemudian pralaya atau kiamatlah alam semesta ini. Untuk lestarinya alam semesta maka Sang Hyang Widhi berfungsi sebagai Dewa Pemralina yang disebut “SIWA”. Sama halnya dengan pemberian status atau warna pada manusia sesuai dengan dengan fungsinya di masyarakat , misalnya : siapapun kalau pekerjaanya mengajar pasti disebut sebagai seorang guru dan sebagainya. Upanisad menyatakan bahwa Sang Hyang Widhi adalah :” telinga dari semua telinga , pikiran dari segala pikiran , ucapan dari segala ucapan , nafas dari segala nafas , mata dari segala mata”. (Kena 1.2). Bhagawadgita (VII. 10; 11 X;20 ) Aku adalah bibit dari segala yang hidup. Aku adalah kecerdasan dari segala yang cerdas ,dan keperwiraan dari segala yang kuat.”Aku adalah jiwa yang bersemayam di hati setiap mahluk. Aku adalah awal, pertengahan dan akhir dari segala yang ada”. Dan Sang Hyang Widhi adalah dimana-mana dan juga didalam hati setiap makhluk.
Tuhan Yang Maha Esa tidak berwujud walaupun berbagai wujud digambarkan untuk beliau itu semata-mata diperuntukan bagi anak-anak yang belum mampu berpikir secara filosofis.Jadi untuk mendekatkan diri kepada Tuhan bagi anak-anak melalui penghayatan yang kongkrit untuk memusatkan pikiran. Dalam bahasa jawa kuno diungkapkan “tan kagrahita dening manah mwang indriya” (tidak terjangkau oleh akal dan indriya manusia). Setiap makhluk , di dalam maupun di luar dunia tetapi tidak dipengaruhi oleh dunia (wyapi –wyapaka artinya : Tuhan ada dimana –mana tidak ada tempat kosong seujung jarumpun tanpa tuhan.Nirwikara artinya tidak terpengaruh ,tak berubah dan tak terpikirkan oleh manusia . Dari uraian tentang keberadaan Tuhan terbentuk di atas yang paling penting yang perlu dijadikan dasar untuk berperilaku adalah keberadaan Tuhan dimana-mana ada, dalam pikiran manusia ,ada dalam hati di ruang lingkup alam semesta. Jadi apa yang kita pikirkan Beliau tahu, kemanapun kita bersembunyi beliau tetap tahu sehingga tidak perlu berbohong, berpura-pura , membuat-buat,dan berperilaku kejahatan lain. Maha Rsi Vyasa yang dikenal juga dengan nama Badarayana dalam bukunya Brahmasutra Wedantasara sebagai berikut : Janmadyasya yatah (1.1.2) yang oleh Swami Siwananda (1977) diterjemahkan sebagai berikut : Brahman adalah asal mula dari alam semesta dan segala isinya. (Janmadi : asal ,awal ,penjelmaan dan sebagainya , asya : dunia atau alam semesta ini. Yatah : dari padanya). Jadi menurut sastra Tuhan HYang Maha Esa yang disebut Brahman ini adalah asal mula segalanya . Penjelasan ini sesuai dengan bunyi mantra purusa sukta rgweda sebagai berikut Tuhan sebagai wujud kesadaran Agung merupakan asal dari segala yang telah dan yang akan ada. Ia adalah raja dialam yang abadi dan juga di bumi ini yang hidup dan berkembang dengan makanan.
2.2 SRADDHA
Yaska dalam bukunya Nighantu ( 111.10 ) sebagai berikut : “kata Sraddha dari akar kata Srat yang berarti kebernaran ( satyamnambani)”. Jadi Sraddha mengandung makna keyakinan kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Di dalam Brahmasutra ( 1.1.3 ) dinyatakan : “ Sastrayoniyvat”, yang artinya : sastar suci sebagai sumber penegetahuan yang benar. Berkenaan dengan sutra ini, Swami Siwananda menyatakan bahwa sastra yang di maksud kitab suci Weda atau Sruti adalah sabda Tuhan Yang Maha yang di dalamnya di temukan berbagai ajaran suci sebagai sumber ajran suci sebagai sumber ajaran Agama Hindu.
Kitab –kitab upanisad yang di dalamnya di kandung ajaran Sraddha yang di ajarkan secara mendalam merupakan sumber ajaran filsafat hindu. Bhagwad Gita ( 111.31,IV.39,40) menekankan tentang Sraddha sebagai berikut :
“Mereka yang selalu mengikuti ajran –Ku dengan penuh keyakinan ( Sraddha ) serta bebas dari keinginan duniawi, juga akan bebas dari keterikatan”.
“ Ia yang memilki keinginan keimanan yang mantap ( Sraddha) memperoleh ilmu pengetahuan, menguasai panca indrianya, setelah memilki ilmu penegetahuan dengan segera mencapai kedamain yang abadai”.
“ Tetapi mereka yang dungu, yang tidak memilki ilmu pengetahuan, tidak memilki keimanan dan diliputi keragu-raguan, orang yang dimikian ini tidak memperoleh kebahagian di dunia ini dan dunia lainnya”.
Berdasarkan urain dari sumber buku suci tersebut di atas tentang Sraddha, makan dalam buku yang berjudul Panca Sraddha oleh Ida Bagus Pangatmaja dinyatakan lima Sraddha, yaitu :
1.Widhi tatwa atau widdhi sraddha, keimanan terhadap tuhan yang maha esa dengan berbagai menifestasi-nya sebagai dasar keimanan hindu.
2. Atma tatwa atau atma sraddha, keimanan terhadap atma yang menghidupkan semua mahluk.
Atma menurut kitab suci hindu tidak dapat menjelma kerana memenuhi alam semesta beserta isinya. Atma dapat member hidup kepada semua yang ada di alam semesta besrta isinya. Attma dapat member hidup kepada semua yang ada di alam semesta ini. Bhagwad Gita menyebutkan :
Ia tidak pernah lahir, pun juga tidak pernah mati kapanpun,pun juga tidak pernah muncul dan tidak lagi pernah menghilang.ia adalah tidak mengenal kelahiran,kekal,abadi,dan selalu ada.ia tiak dapat di bunuh bila badan dibunuh..
Setelah dihayati sloka ini jelaskan atma ti dapat menjelma kembali.yang dimaksud atman yang menjelma kembali adalah atman yang di selubungi oleh badan halus ini berarti atman yang bersatu dengan suksma sarira.
3.karmapala tattwa atau karmaphala sraddha,keimanan terhadap kebenaranhukum sebab akibat atau buah dari perbuatan.karma berasal dari kata “Kri” yang berarti berbuat segala bentuk perbuatan adalah “karma” sedangkan “phala” berarti “hasil” kata karma phala berarti hasil dari perbuatan karena setiap perbuatan ada akibatnya berwujud baik atau buruk,tergantung perbuatan itu sendiri.pembagian Karma Phala ada tiga bagian,yaitu:
a .Sancita Karma Phala adalah: hasil perbuatan kita terdahulu yang belum dapat dinikmati dan masih merupakan benih yang menentukan kehidupan sekarang.
b. Prarabda Karma Phala adalah: hasil perbuatan yang langsung dinikmati pada kehidupan ini tanpa ada sisanya lagi.
c.Kriyamana Karma Phala adalah: hasil dari pebuatan yang langsung dinikmati pada saatnya berbuat sehingga harus diterima pada kehidupan yang akan dating.
d. Samsara atau punarbawa tattwa :keimanan terhadap kelahiran kembali,menjelma dan lahir.dengan demikian punarbwa kelahiran berulang-ulang.
5.Moksa Tattwa atau Moksa Sraddha,keimanan terhadap kebebasan yang tertinggi bersatunya Atma ,dengan Brahman Tuhan Yang Maha Esa.
2.3 CATUR MARGA
Catur Marga adalah: empat jalan untuk mendekatkan diri kepada tuhan,yaitu:
1.Bhati Marga
Bhakty Marga dalah; jalan yang baik di tempuh oleh umat yang masih sangat terbatas kemauannya.Mereka belum mampu berfikir secara filosofi atau abstrak sehingga dalam mendekatkan diri kepada tuhan harus melalui benda kongkrit yang terbentuk pelinggih yang sudah disucikan sebagai sarana dalam memusatkan pikiran,Karena mereka belum mampu membayangkan Tuhan.jadi cukup melalui sujud bhakti yang tulus ikhlas,cinta kasih yang mendalam kepada tuhan.hal ini bias di aplikasikan melalui pelaksanaan Tri Sandya,mempersembahkan sesaji sesuai dengan kemampuan umat masing-masing.Lebih lanjut,bhakti ada dua pengertian para bhakti dan apara bhakti.Para bhakti mengandung makna bhakti yang murni,tulus dan penyerahan diri secara total.sedangkan apara bhakti adalah bhakti disertai dengan permohonan .Dalam kitab Bhagavata Purana membedakan 9 jenis bhakti yaitu:
a. Sravanam (mempelajari keagungan Tuhan Yang Maha Esa melalui membaca atau mendengarkan pembacaan kitab-kitab suci).
b. Kirtanam (mengucapkam/menyanyikan nama-nama Tuhan Yang Maha Esa)
c. Smaranam (mengingat nama nya atau bermeditasi tentang nya).
d. Padasevanam (memberikan pelayanan kepada Tuhan Yang Maha Esa,termasuk melayani menolong berbagai mahluk ciptaanya).
e. Arcanam (memuja keagungan nya).
f. Vandanam (sujud dan kebhaktian).
g. Dasya (melayani-nya dalam pengetian mau melayani mereka yang memerlukan pertolongan dengan penuh keikhlasan).
h. Sakhya (memandang Tuhan Yang Maha Esa sebagai sahabat sejati,yang memberikan pertolongan ketika dalam bahaya)
i. Atmanivedanam (penyeraha diri secara total kepada-nya).
2. Karma Marga
Karma marga adalah : jalan melalui perbuatan mulia dan tanpa pamerih , penuh pengabdian yang sesuai dengan watak kepribadiannya. Sesuai dengan sloka 13 (10) dalam slokantara sebagai berikut : kekeyaan itu tertinggal drumah setelah kita meninggal, kawan – kawan serta sanak keluarga hanya mengikuti sampai ke kuburan .Kemudian tinggal di kuburan sendiri hanya bekas perbuatan baik atau buruk . Kalau pada waktu masih hidup sangat terikat kepada ikatan duniawi maka akan mengalami kelahiran kembali. Dimana akan dilahirkan , apakah di tempat orang baik-baik,atau di tempat orang jahat ,tidak bermoral itu tergantung juga dari bekas perbuatan baik atau buruk ,sehingga, “Karma”sebagai kawan setia yang selalu mengikuti kita dalam kehidupan ini setelah meninggal dan sampai lahir kembali.
3. Jnana Marga
Jnana marga adalah pendekatan kepada tuhan melalui ilmu pengetahuan , jalan ini di lakukan bagi mereka yang memiliki naral tinggi ,seperti melakukan kegiatan dharma tula untuk mendiskusikan pengalaman sloka –sloka Agama.
4. Raja Marga
Raja Marga adalah jalan yang baik bagi umat hindu yang sudah berumur melalu kegiatan melaksanakan pranayama secara ketat , tanpa brata dan sambaing semadi . Lebih jauh lagi mempunyai tanggung jawab moral untuk memecahkan masalah adat dan budaya dalam Agama Hindu bagi masyarakat yang membutuhkan.
2.4 Pura
Sarana untuk memuja tuhan lebih diperuntukan bagi mereka yang belum mampu memusatkan pikirannya menuju beliau, agar pikirannya tidak diawang-awang pada waktu sembahyang kemudian di buatkan sarana seperti misalnya berbentuk arca , pratima, prativimba, nyasa murti dan lain-lain,yang mengandung makna bentuk-bentuk perwujudannya .Dikenal juga adanya tirtha dan kstryakni mata air , tepi sungai atau tepi laut dan daratan yang memiliki sebagia tempat kemunculan kekuatan suci ,para resi dan leluhur adalah pura ,mandira, kuil, kahyangan dan lain-lain.Pura seperti halnya meru atau candi (dalam pengertian peninggalan purbakala kini di jawa) merupakan symbol dari kosmos atau alam sorga (kahyangan) , seperti di ungkapkan oleh Dr. Soekmono pada akhir kesimpulan disertainya yang menyatakan bahwa candi bukanlah sebagai makam , maka terbantuklah suatu perspektif baru yang menempatkan candi dalam kedudukan yang semestinya (sebagai tempat pemujaan , pura). Secara sinkronis candi tidak lagi berdiri di luar garis rangkaian sejarah kebudayaan Indonesia (1974 :242 ).
Kesimpulan soekmono ini tentunya telah menghapus pandangan yang keliru selama ini yang memandang bahwa candi di jawa ataupun pura di Bali sebagai tempat pemakaman para Raja , melainkan sebagai pura di Bali adalah tempat suci untuk memuja leluhur yang sangat berjasa dan kini disebut padharman. Untuk mendukun bahwa pura atau tempat pemujaan adalah replica Kahyangan dapat di lihat dari bentuk (struktur , relief ,gambar ) dan ornament dari sebuah pura atau candi.Pada bangunan suci seperti candi di jawa kita menyaksikan semua gambar ,relief atau biasanya menggambarkan mahluk-mahluk sorga seperti arca –arca Dewata ,Wahana dewata ,pohon-pohon sorga (parijata dan lain-lain),juga mahluk-mahluk widyadhara-widyadhari ,dan kinara-kinari ,yakni seniman sorga dan lain-lain .
Sorga atau kahyangan digambarkan berada di puncak gunung mahameru ,oleh karena itu gambaran candi atau pura merupakan replica dari gunung mahameru tersebut :penelitian soekmono maupun tulisan Drs. Sudiman tentang candi lorojonggrang (1969 :26 ) memperkuat keyakinan ini. Berbagai sumber ajaran Hindu mengungkapkan tentang kahyangan,pura atau mandira , untuk itu kami kutipkan penjelasan tentang hal tersebut , diantaranya sebagai berikut :
Prasadam yaccahiva saktyatmakam
Tacchaktyantaih syadvisudhayaistu tatvaih Saivi murtih khalu devalayakhyetyasmad Dhyeya prathamam cabhipujya Isnasivagurudevapadaddhati, III.12.16
(Pura dibangun untuk memohon kehadiran Sang Hyang Siva dan Kekuatan atau prinsip Dasar dan segala Manifestasi atau wujud-nya , dari element hakekat yang pokok , prithivi sampai kepada sakti-nya . Wujud konkrit (materi) Sang Hyang Siva merupakan sthana Sang Hyang Vidhi .Hendaknya seseorang melakukan perenungan dan memuja-nya .
Di samping hal tersebut ,dengan memperhatikan pula praktek upacara yang masih tetap hidup dan terpelihara di Bali maupun di India,yakni pada saat menjelang upacara piodalan ,para devata dimohon turunke bumi , di Bali disebut “Nuntun” atau nenudang Ida Bhattara , di India disebut Avahana , sampai upacara persembahyangan dan mengembalikannya kembali ke kahyangan.
BAB IV
PENUTUP
1 Kesimpulan
Jadi dapat disimpulkan bahwa dalam materi pembahasan ini,pembaca dapat mengetahui tentang bagaimana tentang Ruang lingkup AGAMA HINDU dalam hal ini manifestasi dari Tuhan yang maha Esa. Dalam konsep chandogya upanisad VI.2.1 DISEBUTKAN : “ EKAM EVA ADWITYAM BRAHMAN “ yang artinya : “ Hanya satu ( Ekam Eva ) tidak ada duanya ( Adwityam ) hyang widhi ( Brahman ) itu “. Dari berbagai konsep dan tolok ukur dapat di ketahui bahwa Ida Sang Hyang Widhi hanya satu tiada duanya namun memiliki manifestasi yang memungkinkan adanya sutau perubahan bentuk dan tujuan masing-masing. Dapat juga dikatakan bahwa Sang Hyang Widhi disebut banyak nama karena sesuai dengan fungsi beliau , misalnya pada saat beliau menciptakan alam semesta beserta isinya beliau disebut “BRAHMA” , pada saat memelihara isinya beliau disebut “WISNU”, kalau sudah hidup subur semua mahluk dan tumbuh-tumbuhan dan tida ada yang mati lama-lama dunia ini akan menjadi sesak , kemudian pralaya atau kiamatlah alam semesta ini. Untuk lestarinya alam semesta maka Sang Hyang Widhi berfungsi sebagai Dewa Pemralina yang disebut “SIWA”. Sama halnya dengan pemberian status atau warna pada manusia sesuai dengan dengan fungsinya di masyarakat , misalnya : siapapun kalau pekerjaanya mengajar pasti disebut sebagai seorang guru dan sebagainya. Upanisad menyatakan bahwa Sang Hyang Widhi adalah :” telinga dari semua telinga , pikiran dari segala pikiran , ucapan dari segala ucapan , nafas dari segala nafas , mata dari segala mata”. (Kena 1.2). Bhagawadgita (VII. 10; 11 X;20 ) Aku adalah bibit dari segala yang hidup. Aku adalah kecerdasan dari segala yang cerdas ,dan keperwiraan dari segala yang kuat.”Aku adalah jiwa yang bersemayam di hati setiap mahluk. Aku adalah awal, pertengahan dan akhir dari segala yang ada”. Dan Sang Hyang Widhi adalah dimana-mana dan juga didalam hati setiap makhluk.
2. Pesan
Saya sebagai penyusun makalah ini, sangat mengharapkan atas segala saran-saran dan kritik bagi para pembaca yang saya hormati guna untuk membangun pada masa yang akan datang untuk menjadi yang lebih baik dalam membenarkan alur-alur yang semestinya kurang memuaskan bagi tugas yang kami laksanakan.
DAFTAR PUSTAKA