Bab 3. Zaman Penegas (1927-1938) 1.P.N.I Cita-cita nasionalis Indonesia adalah supaya Indonesia menjadi negara yang merdeka dan berdaulat p...
Bab 3. Zaman Penegas (1927-1938)
1.P.N.I
Cita-cita nasionalis Indonesia adalah supaya Indonesia menjadi negara yang merdeka dan berdaulat penuh, lepas dari negara Belanda. Mula-mula gerakan nasionalisme ini timbul dikalangan mahasiswa-mahasiswa kita dinegreri Belanda. pada tahun 1922 mereka mendirikan Perhimpunan Indonesia dengan pimpinan Drs. Moh. hatta dan Mr. Iwa Kusumasumawantri. Pada tahun 1937 drs. Moh. Hatta mersama Mr. Nasir Datuk Pamuntjak, Mr. Abdul Madjid dan Mr. Ali Sastroamidjojo datangkap oleh belanda, karena kegiatan-kegiatan politik mereka dianggap membahayakan kekuasaan Belanda. Tetapi kemudian dibebaskan kembali.
Partai pertama di Indonesia yang tegas mengambil dasar nasionalisme ialah Partai Nasional Indonesia, didirikan pada tahun 1927 di Bandung oleh Ir. Soekarno. Tujuan P.N.I adalah mencapai Indonesia merdeka, asasnya kapitalisme dan anti imperialisme. Pengkut-pengikutnya puluhan ribu, terutama kaummarhaen di Jawa Barat. Sifatnya revolusioner dan dasar perjuangannya non-kooperatif, artinya tidak mau bekerjasama dengan pemerintah, karena kepentingan Belanda bertentangan dengan kepentingan bangsa Indonesia. Karena populernya maka Ir. Soekarno ketika itu terkenal dengan sebutan " Bung Karno ".
2.P.P.P.K.I
Adar koordinasi antara berbagai partai politik, maka dalam bulan Desember 1927 dibentuklah satu badan yang beranggotakan partai-partai yang sama tujuannya. Badan itu diberi nama Permufakatan Partai-Partai Politik Kebangsaan Indonesia dan terdiri dari Budi Utomo, P.S.I.I,. Paguyuban Pasundan, Indonesische Studie Club Surabaya, P.N.I., Serikat Sumatera dan Kaum Betawi. Sebagai Ketua,dipilih Ir. Soekarno. Tetapi karena antara partai-partai itu terlalu banyak perbedaan dalam asas dan dasarnya, maka P.P.P.K.I. itu tidak mempunyai kekuasaan.
3.Sumpah Pemuda
Pada waktu itu para pemuda, terutama para pemuda dari kalangan pelajar dan mahasiswa, ikut pula bangun dan bergerak, karena sadar akan kedudukannya sebagai bunga bangsa dan harapan bangsa. Pada tahun 1914 berdirilah dibawah pimpinan Dr. Satiman Wirjosendjojo perkumpulan pemuda Djawa Tri Koro Darmo, artinya tiga tujuan mulia. Kemudian namanya diganti menjadi Jong Java. Dan berturut-turut berdiri pula Jong Sumatera, Jong Celebes, Jong Ambon, Sekar Rukun dan Jong Islamietin Bond berdasarkan agama Islam. Dalam bulan November 1928 diadakanlah Kongres Pemuda di Jakarta, yang merupakan suatu peristiwa penting dalam sejarah bangsa kita.
Pada tanggal 28 bulan itu dalam Kongres tersebut diucapkanlah untuk pertama kalinya Sumpah Pemuda, yang menyatakan bahwa :
Bertanah air satu : tanah air Indonesia.
Berbangsa satu : bangsa Indonesia.
Berbahasa satu : Bangsa indonesia.
Buat pertamakalinya pula dalam kongres itu berkumandang lagu kebanggaan kita Indonesia Raya ciptaan Wage Rudolf Soepratman.
Sebagai kelanjutan dari Sumpah Pemuda itu, maka pada tahun 1931 semua perkumpulan-perkumpulan pemuda kita itu dilebur menjadi satu, yaitu Indonesia Muda.
Tanggal 28 Oktober sekarang kita rayakan sebagai hari " Sumpah Pemuda ".
4.Partindo
Sementara itu Belanda makin cemas melihat kemajuan perjuangan P.N.I dengan pemimpinnya Bung Karno yang dengan pidato-pidatonya dapat mempesona puluhan ribu rakyat. Karena itu dalam bulan Desember 1929 pemimpin-pemimpin P.N.I ditangkap, Ir Soekarno dihukum penjara 4 tahun ; besama Gatot Mangkupradja, Maskun dan Supriadinata yang masing-masing kurang dari 4 tahun. Tetapi dalam bulan Desember 1931 mereka dikeluarkan dari penjara.
Karena kehidupan P.N.I tidak dapat dipertahankan lagi, maka pada tahun 1921 P.N.I bubar, dan pada tahun 1921 itu juga didirikanlah Partindo (Partai Indonesia) dibawah pimpinan Mr Sartono.
Setelah keluar dari penjara, Ir. Soekarno terus memegang pipminan Partindo. Golongan yang tidak setuju dengan pendirian Partindo pada akhir tahun 1931 mendirikan partai baru, yaitu Pendidikan Nasional Indonesia dengan pimpinan Sultan Sjahrir. Setelah Drs. Moh. Hatta kembali dari Belanda pada tahun 1932, pimpinan Pendidikan Nasional Indonesia ini beralih ketangannya.
Untuk menghilangkan perpecahan dalam barisan revolusioner itu maka dalam bulan Januari 1932 di Surabaya diadakanlah Kongres Indonesia Raya. Didepan Kongres tersebut dengan pidato yang berapi-api Ir. Soekarno mengumumkan Triloginya (Tiga Paham) : Semangat Kebangsaan, Hasrat Kebangsaanan Fiil (Tindakan Kebangsaan).
Pada tahun 1933 Ir. Soekarno ditangkap kembali, dibuang mula-mula ke Endeh (di Flores), kemudian dipindahkan ke Bengkulu. Pemimpin-pemimpin kita yang lainnya pun ditangkap; pada tahun 1934 Drs. Moh Hatta dan Sultan Sjahir dihukum dengan dibuang ke Digul, tetapi kemudian tempat pembuangannya ditetapkan di Banda Neira. Dan baru tahun 1942 ketiganya dibebaskan oleh Jepang.
Karena tindakan Belanda yang sewenang-wenang itu maka lumpuhlah pergerakan-pergerakan kita yang bersifat revolusioner, sehingga pada tahun 1935 pemimpin-pemimpin kita terpaksa melepaskan asas non-kooperasi.
Lebih-lebih karena ulai tahun 1929 dan memulainya pada tahun 1935, perdagangan diseluruh dunia mundur, karena ada malaise (kelumpuhan dalam perusahaan-perusahaan) diseluruh dunia (krisis dunia). Krisis dunia itu akibat dari kelebihan hasil: pertanian/perkebunan kelebihan hasil, pabrik-pabrik terlalu banyak menghasilkan bentuk produsennya, sedangkan pemakaian hanya sedikit sekali dibandinhgkan dengan hasil itu.
Maka harga barang-barang dipasar dunia jatuh. Berbagai perusahaan menderita rugi dan terpaksa ditutup. Pegawai negeri pun (pegawai pemerintah Hindia-Belanda) sebanyak ribuan yang diberhentikan atau dipensiunkan sebelum waktunya. Makaka timbulah pengangguran besar-besaran. Akibatnya kemelaratan dimbul dimana-mana, ini semua melemahkan pula pergerakan nasional kita.
Pergerakan nasional kita lebih-lebih mendapat pukulan, ketika pemerintah Hindia-Belanda mengeluarkan Vergaderverbod (larangangan berkumpul dan bersidang), maka mata-mata pemerintah HIndia-Belanda mengintai dan memburu pemimpin-pempimpin kita. Dan kalau pemimpin-pemimpin kita disangka membuat kesalahan, tanpa pemeriksaan yang wajar, mereka dibuang langsung ke Digul.
5.Parindra
Sebagai siasat, pergerakan nasional kita melepaskan asas revolusioner dan radikal yang berdasarkan non-kooperasi dan diganti dengan asas kooperasi : bekerja sama dengan pemerintah.
Demikian pula dengan Persatuan Bangsa Indonesia (PBI) yang didirikan oleh Dr. Sutomo pada tahun 1930 di Surabaya yang menjadi partai terkemuka, yang berjuang atas dasar kooperasi itu dan juga bergerak dilapangan ekonomi. Atas anjuran Dr. Sutomo maka [ada tahun 1933 PBI mengadakan fusi (peleburan) dengan Budi Utomo, dan menjadi Partai Indonesia Raya (Parindra). Pemimpin-pemimpin Parindra lainnya ialah Mh. Husni Thamrin, Sukardjo Wirjopranoto dan Wurjaningrat.
Semoga artikel ini bermanfaat